Teluk Awang (5 - 6 April 2021) - Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid menggelar kegiatan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan di Pelabuhan Teluk Awang, Lombok Tengah. Nusa Tenggara Barat. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada Kelompok Nelayan secara langsung dalam memahami informasi iklim dan cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG secara efektif dalam mendukung kegiatan perikanan. Sekolah Lapang Cuaca Nelayan ini merupakan kegiatan kedua yang dilaksanakan oleh Stamet ZAM terkait Sekolah Lapang, sebelumnya adalah Sekolah Lapang Nelayan yang di berikan kepada Penyuluh Nelayan pada tahun 2019. Sebanyak total 100 orang berpartisipasi menjadi peserta SLCN 2021 Teluk Awang, dari 100 orang nelayan tersebut, 30 orang di antaranya berasal dari Lombok Barat. Kemudian 45 orang nelayan dari Lombok Tengah, 15 orang dari Lombok Timur dan 10 orang nelayan Lombok Utara yang dibagi menjadi dua sesi mulai tanggal 05 hingga 06 April 2021 dengan lokasi Acara di Gedung Aula milik SKPT Teluk Awang. Kegiatan ini dibuka secara langsung oleh Anggota Komisi V DPR RI, Bapak Suryadi Jaya Purnama dalam kesempatan yang sama mengatakan, daerah NTB khususnya di pulau Lombok sangat rentan terhadap berbagai macam bencana alam yang berpotensi terjadi. “Sehingga kegiatan ini sangat bermanfaat bagi nelayan untuk meminimalisir risiko yang terjadi di tengah laut,â€imbuhnya. Dalam SLCN ini juga hadir Kepala Balai Besar Wilayah III BMKG, Kepala SKPT Teluk Awang, Perwakilan dari Kepala BASARNAS dan Kapolsek Praya Barat. Kemudian hadir juga Kepala Staklim Kelas I Lombok Barat, Kepala Stamet Sumbawa serta Kepala Stamet M. Salahuddin Bima. BMKG melalui sekolah lapang ini, baik sekolah lapang iklim, sekolah lapang cuaca nelayan, dan sekolah lapang geofisika atau sekolah lapang gempa bumi, kami berupaya keras agar para petani, para nelayan, dan masyarakat secara umum mampu bertahan dengan tetap produktif, sehat dan selamat, dengan beradaptasi terhadap kondisi cuaca, iklim, gempabumi dan tsunami. Harapan kami dengan Sekolah Lapang BMKG dapat diperoleh jumlah ribuan peserta yang mampu memahami, menyebarluaskan informasi, dan mendapatkan pembelajaran cuaca, iklim, gempabumi dan tsunami. Sehingga budaya siaga dan tanggap bencana bagi masyarakat dapat tercipta, sekaligus kita harus mampu membangun sikap budaya untuk tetap produktif, sehat dan selamat dalam kondisi pandemi ini.